1. Soal OSN 2012 Hari Pertama, Klik di sini
2. Soal OSN 2012 Hari Kedua, Klik di sini
3. Soal Usulan OSN 2012 (Fajar Yuliawan, ITB), Klik di sini
4. Daftar Pemenang OSN 2012, Klik di sini
5. Rekapitulasi Perolehan Medali SD - SMA/Guru, Klik di sini
6. Rekapitulasi Perolehan Medali Tingkat SMA Per Propinsi, Klik di sini
7. Solusi Soal OSN Hari Pertama, Klik disini
8. Solusi Soal OSN Hari Kedua, Klik disini
(I) OSN XI/2012 Membangun Atmosfer Berbasis Ilmu Pengetahuan
Jakarta --- Olimpiade
Sains Nasional (OSN) XI 2012 dibuka hari ini. Ajang tahunan ini
diselenggarakan sebagai sarana mengembangkan kreativitas dan
mengaktualisasikan diri dalam membangun dan menumbuhkan semangat
berkompetisi baik nasional maupun internasional. Acara pembukaan diisi
dengan berbagai pertunjukan kesenian dari para siswa Indonesia.
Tema OSN XI 2012 adalah “Membentuk Generasi Emas
yang Inovatif, Berbudaya, dan Berdaya Saing.” Kegiatan OSN sebagai salah
satu bentuk sarana aktualisasi para siswa dan guru dalam menampilkan
hasil belajar-mengajar di kelas. OSN sekaligus wahana menumbuhkembangkan
semangat berkompetisi dan tradisi berprestasi baik di tingkat nasional
maupun tingkat internasional.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendukbud)
Mohammad Nuh menyampaikan, peserta yang tampil dalam OSN adalah siswa
dan guru pilihan yang telah melewati berbagai macam seleksi di daerah
masing-masing. Menurut Mendikbud, kegiatan OSN yang mulai digelar sejak
2002 perlu terus dipertahankan karena memiliki aspek strategis. “Kita
ingin menciptakan dan membangun atmosfer dan budaya berbasis ilmu
pengetahuan,” katanya saat memberikan sambutan pada pembukaan OSN 2012
di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Senin
(3/09).
Mendikbud mengatakan, OSN merupakan media untuk
menyemai keterampilan anak yang memiliki kemampuan yang bagus dari
bebagai jenjang dan daerah. Menurut dia, tidak semua para juara berasal
dari kota saja, tetapi juga dari daerah.” Mereka punya potensi bagus.
Buka kesempatan untuk mereka dan dorong siapapun yang menjadi juara.
Pastikan mereka mendapatkan beasiswa,” katanya.
Mendikbud menyebutkan, ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) memiliki tiga unsur penting. Pertama, iptek dapat
dipakai menyelesaikan persoalan. Kedua, sebagai daya dorong suatu
bangsa. Ketiga, Iptek sebagai pemungkin. “Dalam unsur iptek muncul
kreativitas dan inovasi,” katanya. (PIH)
(sumber: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/615)
(sumber:http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/616)
(III) OSN Matematika, Kemampuan Problem Solving
Masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, OSN kali ini tetap mengacu pada International Mathematics Olympiad (IMO). Hal ini dijelaskan Dr. Al Haji Akbar selaku Koordinator Juri bidang studi matematika. "Dibuat sedekat mungkin dengan IMO, karena tujuannya memang untuk persiapan ke sana. Jadi, sama-sama dilaksanakan dalam dua hari. Bedanya hanya pada jumlah soal. Di IMO ada tiga soal per hari dengan durasi empat jam setengah, sementara di OSN ada empat soal yang harus dikerjakan dalam waktu empat jam. Tentunya tingkat kesulitan lebih besar di IMO, makanya walaupun jumlah soal lebih sedijit, waktu yang diberikan lebih panjang," Al Haji menjelaskan kepada Potensi.
Keempat soal yang diujikan setiap harinya sudah mencakup empat bidang meliputi aljabar, geometri, kombinatorika, serta teori bilangan. Aljabar adalah cabang matematika yang memelajari struktur, hubungan dan kuantitas. Sementara geometri secara harfiah berarti pengukuran tentang bumi, merupakan cabang matematika yang memelajari hubungan di dalam ruang. Lain lagi halnya dengan kombinatorika yang meliputi penghitungan obyek yang memenuhi kriteria, menentukan obyek "terbesar", "terkecil", atau yang "optimal", dan menentukan struktur suatu obyek. Dan teori bilangan adalah cabang matematika murni yang memelajari sifat-sifat bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat mudah dimengerti, sekalipun bukan oleh ahli matematika.
Tim juri OSN berusaha membuat soal yang berbeda dari soal manapun yang pernah dikeluarkan dalam kompetisi-kompetisi lainnya, semisal kompetisi tingkat regional. "Soal-soal yang sudah pernah keluar biasanya bisa dilihat di internet. Jadi kalau kita buat sama, kasihan yang belum pernah melihatnya. Sudah pasti akan memengaruhi hasilnya," papar Al Haji. Namun, ia tidak dapat memastikan apakah soal tahun ini lebih sulit dibandingkan tahun lalu. Menurutnya hal itu baru dapat diketahui ketika hasil akhir sudah keluar. Pasalnya, terkadang apa yang dianggap mudah oleh juri belum tentu mudah bagi para siswa. Begitu juga sebaliknya, soal yang dianggap sulit bisa jadi justru mampu dikerjakan dengan sangat mudah oleh para siswa.
"Yang terpenting sebenarnya adalah kemampuan problem solving, kemampuan memecahkan sebuah masalah," tandas dosen FMIPA Universitas Indonesia itu. Dengan kemampuan problem solving yang baik, lanjut Al Haji, maka siswa akan mampu menganalisa soal apapun yang diberikan, sehingga dengan mudah menemukan cara untuk menyelesaikannya
Dalam hal penilaian, hasil uji hari pertama mendapat porsi yang sama dengan hari kedua, karena bidang studi matematika tidak memiliki ujian praktek. Setiap jawaban akan diperiksa oleh dua juri di tempat yang terpisah, untuk diberikan skor atau poin antara satu sampai dengan tujuh. Jika masing-masing juri memberikan poin yang berbeda maka keduanya akan berunding hingga mencapai kesepakatan. Tapi jika tidak menemui kesepakatan, maka penilaian akan dilakukan dengan cara voting, melibatkan seluruh anggota juri. "Hal ini mungkin saja terjadi dan pernah terjadi di IMO. Tapi sejauh ini belum pernah terjadi di OSN. Jadi jangan khawatir karena ini akan melalui proses penilaian yang sangat obyektif," katanya.
Berusaha Semaksimal Mungkin
Beberapa siswa nampak masih sibuk berpikir, bahkan setelah ujian selesai. Satu dua orang terlihat membentuk kelompok-kelompok kecil untuk membahas soal-soal yang telah mereka kerjakan. Sebagian merasa tidak mengalami kesulitan yang berarti, sementara yang lain mengaku soal yang diberikan cukup sulit. Salah satuya Sonia Miyajima Anjani, siswa kelas 12 asal Bandar Lampung. Saat ditemui Potensi seusai ujian, Sonia mengaku menemui beberapa kesulitan saat mengerjakan keempat soal yang diberikan.
"Jujur tadi saya nggak terlalu nervous, mungkin kurang persiapan aja. Tapi ya sudahlah, yang penting sudah berusaha. Yang saya pikirin yang penting saya nulis walaupun saya nggak ngerti. selain itu setiap jawaban kan ada poin, jadi sebisa mungkin diisi supaya tetap dapat poin," ucapnya.
Ngemil Dulu
Sementara itu, Fajar Fathurrahman, peserta asal Pontianak, merasa bahwa ujian di hari kedua jauh lebih mudah dibandingkan hari pertama. Siswa SMAN 1 Pontianak itu mengaku sedikit mengalami kesulitan di bagian geometri. Menurutnya, geometri membutuhkan langkah pengerjaan yang cukup panjang disertai analisis, mulai dari soal sampai gambar, serta memiliki banyak rumus. Namun, ia merasa cukup yakin pada bagian teori bilangan. Uniknya, setiap kali ujian, ia terbiasa membiarkan lembar jawabannya kosong selama dua jam pertama. "Dua jam pertama itu kertas saya masih kosong. Saya hanya meneliti soal-soalnya sambil ngemil-ngemil. Nanti di saat-saat terakhir, baru deh kertas dipenuhkan, " katanya seraya tertawa.
Fajar sendiri mengakui adanya persaingan yang cukup ketat di OSN XI/2012, setelah mengamati peserta lain selama beberapa hari ini. Menurutnya, rata-rata siswa memiliki kemampuan yang sama, bahkan ada yang kemampuannya jauh lebih tinggi. Namun, hal itu tidak mengurangi keoptimisannya untuk menyabet medali dalam ajang bergengsi ini. (*)
(II) 3.102 Peserta Siap Berkompetisi dalam Olimpiade Sains Nasional IX/2012
Jakarta
--- Rangkaian kegiatan OSN yang dimulai 2-7 September diselenggarakan
di sejumlah tempat di Jakarta. Kegiatan ini diikuti oleh 3.102 peserta.
“Peserta yang hadir adalah peserta unggulan yang telah diseleksi dan
siap memberikan yang terbaik,” demikian dilaporkan oleh Direktur
Jenderal Pendidikan Menengah, Hamid Muhammad, pada acara pembukaan OSN
IX di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah, Senin (3/09).
Adapun bidang ilmu yang dilombakan tingkat SD
meliputi matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sedangkan pada
tingkat SMP meliputi matematika, fisika, biologi, dan IPS Terpadu. OSN
untuk jenjang SMP telah dilaksanakan pada tanggal 28 Juni s.d. 4 Juli
2012 di Pontianak karena menyesuaikan dengan jadwal persiapan
keikutsertaan pada olimpiade internasional.
Pada tingkat PKLK pendidikan dasar bidang lomba meliputi matematika IPA, cerdas cermat MIPA, bisnis plan, dan teknologi informasi (TI). Kegiatan diselenggarakan di Bali pada tanggal 2-6 September 2012.
Adapun pada tingkat SMA meliputi matematika,
fisika, biologi, kimia, astronomi, komputer, ekonomi, dan kebumian.
Kemudian pada tingkat PKLK pendidikan menengah bidang lomba meliputi
matematika, fisika, dan biologi. Sementara OSN Terapan SMK meliputi
bidang lomba matematika terapan, matematika nonteknologi, biologi
terapan, kimia terapan, dan fisika terapan diselenggarakan Oktober
mendatang di DIY.
Sebanyak 100 finalis guru hasil seleksi tingkat
provinsi juga akan berlomba. Untuk guru SMP akan berkompetisi di bidang
matematika dan fisika, sedangkan guru SMA di bidang matematika, fisika,
dan kimia. Adapun kompetisi untuk guru SMK akan dimulai tahun depan.
Selain kegiatan pokok OSN, diselenggarakan juga
sejumlah kegiatan pendukung diantaranya Seminar Nasional Guru dan Wisata
Edukasi. Di samping itu, untuk jenjang SMK diselenggarakan lomba debat
bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jerman, bahasa Jepang, dan
bahasa Mandarin. Kegiatan diikuti sekitar 160 peserta terdiri atas siswa
SMK terbaik dari seluruh Indonesia. (PIH)
(sumber:http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/616)
(III) OSN Matematika, Kemampuan Problem Solving
Setelah menempuh perjalanan panjang melalui proses
seleksi, tiba juga saatnya bagi kesembilan puluh peserta Olimpiade Sains
Nasional 2012 (OSN), bidang studi matematika, untuk unjuk kebolehan.
Dalam kurun waktu dua hari (4-5/9) kemampuan serta hasil belajar mereka
diuji melalui tes tertulis, yang diselenggarakan di SMAN 28, Pasar
Minggu, Jakarta. Terlihat kepala-kepala yang menunduk di setiap ruangan
yang terletak di lantai dua sekolah tersebut. Mereka nampak tenggelam,
menekuni soal-soal yang telah diberikan pengawas.
Masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, OSN kali ini tetap mengacu pada International Mathematics Olympiad (IMO). Hal ini dijelaskan Dr. Al Haji Akbar selaku Koordinator Juri bidang studi matematika. "Dibuat sedekat mungkin dengan IMO, karena tujuannya memang untuk persiapan ke sana. Jadi, sama-sama dilaksanakan dalam dua hari. Bedanya hanya pada jumlah soal. Di IMO ada tiga soal per hari dengan durasi empat jam setengah, sementara di OSN ada empat soal yang harus dikerjakan dalam waktu empat jam. Tentunya tingkat kesulitan lebih besar di IMO, makanya walaupun jumlah soal lebih sedijit, waktu yang diberikan lebih panjang," Al Haji menjelaskan kepada Potensi.
Keempat soal yang diujikan setiap harinya sudah mencakup empat bidang meliputi aljabar, geometri, kombinatorika, serta teori bilangan. Aljabar adalah cabang matematika yang memelajari struktur, hubungan dan kuantitas. Sementara geometri secara harfiah berarti pengukuran tentang bumi, merupakan cabang matematika yang memelajari hubungan di dalam ruang. Lain lagi halnya dengan kombinatorika yang meliputi penghitungan obyek yang memenuhi kriteria, menentukan obyek "terbesar", "terkecil", atau yang "optimal", dan menentukan struktur suatu obyek. Dan teori bilangan adalah cabang matematika murni yang memelajari sifat-sifat bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat mudah dimengerti, sekalipun bukan oleh ahli matematika.
Tim juri OSN berusaha membuat soal yang berbeda dari soal manapun yang pernah dikeluarkan dalam kompetisi-kompetisi lainnya, semisal kompetisi tingkat regional. "Soal-soal yang sudah pernah keluar biasanya bisa dilihat di internet. Jadi kalau kita buat sama, kasihan yang belum pernah melihatnya. Sudah pasti akan memengaruhi hasilnya," papar Al Haji. Namun, ia tidak dapat memastikan apakah soal tahun ini lebih sulit dibandingkan tahun lalu. Menurutnya hal itu baru dapat diketahui ketika hasil akhir sudah keluar. Pasalnya, terkadang apa yang dianggap mudah oleh juri belum tentu mudah bagi para siswa. Begitu juga sebaliknya, soal yang dianggap sulit bisa jadi justru mampu dikerjakan dengan sangat mudah oleh para siswa.
"Yang terpenting sebenarnya adalah kemampuan problem solving, kemampuan memecahkan sebuah masalah," tandas dosen FMIPA Universitas Indonesia itu. Dengan kemampuan problem solving yang baik, lanjut Al Haji, maka siswa akan mampu menganalisa soal apapun yang diberikan, sehingga dengan mudah menemukan cara untuk menyelesaikannya
Dalam hal penilaian, hasil uji hari pertama mendapat porsi yang sama dengan hari kedua, karena bidang studi matematika tidak memiliki ujian praktek. Setiap jawaban akan diperiksa oleh dua juri di tempat yang terpisah, untuk diberikan skor atau poin antara satu sampai dengan tujuh. Jika masing-masing juri memberikan poin yang berbeda maka keduanya akan berunding hingga mencapai kesepakatan. Tapi jika tidak menemui kesepakatan, maka penilaian akan dilakukan dengan cara voting, melibatkan seluruh anggota juri. "Hal ini mungkin saja terjadi dan pernah terjadi di IMO. Tapi sejauh ini belum pernah terjadi di OSN. Jadi jangan khawatir karena ini akan melalui proses penilaian yang sangat obyektif," katanya.
Berusaha Semaksimal Mungkin
Beberapa siswa nampak masih sibuk berpikir, bahkan setelah ujian selesai. Satu dua orang terlihat membentuk kelompok-kelompok kecil untuk membahas soal-soal yang telah mereka kerjakan. Sebagian merasa tidak mengalami kesulitan yang berarti, sementara yang lain mengaku soal yang diberikan cukup sulit. Salah satuya Sonia Miyajima Anjani, siswa kelas 12 asal Bandar Lampung. Saat ditemui Potensi seusai ujian, Sonia mengaku menemui beberapa kesulitan saat mengerjakan keempat soal yang diberikan.
"Jujur tadi saya nggak terlalu nervous, mungkin kurang persiapan aja. Tapi ya sudahlah, yang penting sudah berusaha. Yang saya pikirin yang penting saya nulis walaupun saya nggak ngerti. selain itu setiap jawaban kan ada poin, jadi sebisa mungkin diisi supaya tetap dapat poin," ucapnya.
Ngemil Dulu
Sementara itu, Fajar Fathurrahman, peserta asal Pontianak, merasa bahwa ujian di hari kedua jauh lebih mudah dibandingkan hari pertama. Siswa SMAN 1 Pontianak itu mengaku sedikit mengalami kesulitan di bagian geometri. Menurutnya, geometri membutuhkan langkah pengerjaan yang cukup panjang disertai analisis, mulai dari soal sampai gambar, serta memiliki banyak rumus. Namun, ia merasa cukup yakin pada bagian teori bilangan. Uniknya, setiap kali ujian, ia terbiasa membiarkan lembar jawabannya kosong selama dua jam pertama. "Dua jam pertama itu kertas saya masih kosong. Saya hanya meneliti soal-soalnya sambil ngemil-ngemil. Nanti di saat-saat terakhir, baru deh kertas dipenuhkan, " katanya seraya tertawa.
Fajar sendiri mengakui adanya persaingan yang cukup ketat di OSN XI/2012, setelah mengamati peserta lain selama beberapa hari ini. Menurutnya, rata-rata siswa memiliki kemampuan yang sama, bahkan ada yang kemampuannya jauh lebih tinggi. Namun, hal itu tidak mengurangi keoptimisannya untuk menyabet medali dalam ajang bergengsi ini. (*)
Sumber (http://siswapsma.org/index.php?option=com_content&view=article&id=255:osn-matematika-kemampuan-problem-solving&catid=38:osn&Itemid=65)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar